Aliran –
aliran dalam Pendidikan
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari
pendidikan. Sejak kita dilahirkan ke udnia ini, kita sudah mulai didik oleh
orang tua kita tanpa kita sadari. Pendidikan itupun tak hanya pendidikan yang
bersifaf disiplin imu, dari berbagai
segi aspek kehidupan mempunyai pendidikan. Di Indonesia ada beberapa aliran
dalam pendidikan.
1. Esensialisme
Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada
nilai-nilai kebudayaan yang telah sejak awal peradaban umat manusia.
Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda
dengan progresivisme. Perbedaannya yang utama adalah memberikan dasar berpijak
pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, dimana serta terbuka untuk perubahan,
toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme
memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki
kejelasan dan tgahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Idealisme dan realism adalah aliran filsafat yang
membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung
esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan
sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing. Dengan demikian Renaissance
adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir yang disebut
esensialisme,karena timbul pada zaman itu, esensialisme adalah konsep
meletakkan sebagian cirri alam piker modern. Esensialisme pertama-tama muncul
dan merupakan reakksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis abad pertengahan.
Maka, disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan
alam semesta, yang memenuhi tuntunan zaman.
Tokoh –tokoh Esensialisme
1.
Georg
Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831)
Georg Wilhelm
Friedrich Hegel mengemukakan adanya sintesa antara ilmu pengetahuan dan agama
menjadi suatu pemahaman yang mengunakan landasan spiritual.
2.
Georg
Santayana
Georg Santayana
memadukan antara aliran idealisme dan realism dalam suatu sintesa dengan mengatakan
bahwa nilai itu tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat,
perhatian dan pengalaman seseorang menentukan adanya kualitas tertentu.
Pandangan Esensialisme dan Penerapannya di Bidang
Pendidikan
a.
Pandangan
Esensialisme Mengenai Belajar
Idealisme, sebgai filsafat hidup, memulai tinjauannya
mengenai pribadi individu dengan menitikberatkan pada aku, bila seorang itu
belajar pada taraf permulaan adalah memahami akunya sendiri, terus bergerak
keluar untuk memahami dunia obyektif. Dari mikrokosmos menuju ke makrokosmos.
Belajar dapat didefinisikan sebgai jiwa yang berkembang pada sendirinya sebagai
substansi spiritual. Jiwa membina dan menciptakan diri sendiri.
b.
Pandangan
Esensialisme Mengenai Kurikulum
Beberapa tokoh idealism memandang bahwa kurikulum itu
hendaklah berpangkal pada landasan idiil dan organisasi yang kuat.
2.
Progresivisme
Progresivisme
adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918.
Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin
tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya
memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, William O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B. Thomas dan Frederick C. Neff.Progravisme mempunyai konsep yang
didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai
kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi dan mengatasi
maslah-masalah yang bersifat menekan atau mengancam adanya manusia itu sendiri
(Barnadib, 1994:28). Oleh karena kemajuan atau progres ini menjadi suatu
statemen progrevisme, maka beberapa ilmu pengetahuan yang mampu menumbuhkan
kemajuan dipandang merupakan bagian utama dari kebudayaan yang meliputi
ilmu-ilmu hayat, antropologi, psikologi dan ilmu alam.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman
menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah
sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme,
nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu
dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk
:mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik
adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat
disesuaikan dengan kebutuhan.Progresvisme merupakan pendidikan yang berpusat
pada siswa dan memberi penekanan lebih besar pada kreativitas, aktivitas,
belajar "naturalistik", hasil belajar "dunia nyata" dan
juga pengalaman teman sebaya
Tokoh-tokoh Progresivisme
- William James (11
Januari 1842 – 26 Agustus 1910)James
berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti juga aspek dari eksistensi
organik, harus mempunyai fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup. Dan
dia menegaskan agar fungsi otak atau pikiran itu dipelajari sebagai bagian
dari mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam. Jadi James menolong
untuk membebaskan ilmu jiwa dari prakonsepsi teologis, dan menempatkannya
di atas dasar ilmu perilaku.
- John Dewey (1859
- 1952)Teori Dewey tentang sekolah
adalah "Progressivism" yang lebih menekankan pada anak didik dan
minatnya daripada mata pelajarannya sendiri. Maka
muncullah "Child Centered Curiculum", dan "Child Centered
School". Progresivisme mempersiapkan anak masa kini dibanding masa
depan yang belum jelas
- Hans Vaihinger (1852
- 1933)Hans VaihingerMenurutnya
tahu itu hanya mempunyai arti praktis. Persesuaian dengan obyeknya tidak
mungkin dibuktikan; satu-satunya ukuran bagi berpikir ialah gunanya (dalam
bahasa Yunani Pragma) untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia.
Segala pengertian itu sebenarnya buatan semata-mata; jika pengertian itu
berguna. untuk menguasai dunia, bolehlah dianggap benar, asal orang tahu
saja bahwa kebenaran ini tidak lain kecuali kekeliruan yang berguna saja.
Pandangan Progesivisme dan Penerapannya di Bidang
Pendidikan
Anak didik diberikan kebebasan baik secara fisik maupun cara berpikir, guna
mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya, tanpa terhambat
oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain, Oleh karena itu filsafat
progressivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter. Sebab, pendidikan
otoriter akan mematikan tunas-tunas para pelajar untuk hidup sebagai
pribadi-pribadi yang gembira menghadapi pelajaran. Dan sekaligus mematikan daya
kreasi baik secara fisik maupun psikis anak didik.
filsafat progresivisme menghendaki jenis kurikulum yang bersifat luwes
(fleksibel) dan terbuka. Jadi kurikulum itu bisa diubah dan dibentuk sesuai dengan zamannya.Sifat kurikulumnya adalah kurikulum yang dapat direvisi dan jenisnya yang memadai, yaitu yang dibersifat eksperimental atau tipe Core Curriculum.
Kurikulum dipusatkan pada pengalaman atau kurikulum eksperimental didasarkan atas manusia dalam hidupnya selalu berinteraksi didalam lingkungan yang komplek.
(fleksibel) dan terbuka. Jadi kurikulum itu bisa diubah dan dibentuk sesuai dengan zamannya.Sifat kurikulumnya adalah kurikulum yang dapat direvisi dan jenisnya yang memadai, yaitu yang dibersifat eksperimental atau tipe Core Curriculum.
Kurikulum dipusatkan pada pengalaman atau kurikulum eksperimental didasarkan atas manusia dalam hidupnya selalu berinteraksi didalam lingkungan yang komplek.
Progresivisme tidak menghendaki adanya mata pelajaran yang diberikan
terpisah, melainkan harus terintegrasi dalam unit. Dengan demikian core
curriculum mengandung ciri-ciri integrated curriculum, metode yang diutamakan
yaitu problem solving.
Dengan adanya mata pelajaran yang terintegrasi dalam unit, diharapkan anak dapat berkembang secara fisik maupun psikis dan dapat menjangkau aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Dengan adanya mata pelajaran yang terintegrasi dalam unit, diharapkan anak dapat berkembang secara fisik maupun psikis dan dapat menjangkau aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
3.
Perenialisme
Perenialisme merupakan suatu
aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme berasal
dari kata perennial yang berarti abadi, kekal atau selalu. Perenialisme lahir
sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialisme menentang
pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Jalan
yang ditempuh oleh kaum perenialis adalah dengan jalan mundur ke belakang,
dengan menggunakan kembali nilai nilai atau prinsip prinsip umum yang telah
menjadi pandangan hidup yang kuat, kukuh pada zaman kuno dan abad pertengahan.
Pandangan perenialisme
tentang pendidikan
Kaum perenialis berpandangan bahwa
dalam dunia yang tidak menentu dan penuh kekacauan serta mambahayakan tidak ada
satu pun yang lebih bermanfaat daripada kepastian tujuan pendidikan, serta
kestabilan dalam perilaku pendidik. Mohammad Noor Syam (1984) mengemukakan
pandangan perenialis, bahwa pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat
perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses
mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal.Beberapa
pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan:
1. Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanya nafsu,
kemauan, dan akal (Plato)
2. Perkemhangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan
filsafat sebagai alat untuk mencapainya ( Aristoteles)
3. Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar
menjadi aktif atau nyata. (Thomas Aquinas)
Tokoh-tokoh Perenialisme
- Plato. Tujuan
utama pendidikan adalah membina pemimpin yang sadar akan asas normative
dan melaksanakannya dalam semua aspek kehidupan
- Aristoteles. Ia menganggap penting pembentukan kebiasaan pada tingkat pendidikan
usia muda dalam menanamkan kesadaran menurut aturan moral
- Thomas Aquinas. Thomas berpendapat pendidikan
adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur menjadi aktif atau
nyata tergantung pada kesadaran tiap-tiap individu. Seorang guru bertugad untuk menolong membangkitkan potensi yang masih
tersembunyi dari anak agar menjadi aktif dan nyata
4. Rekonstruksionisme
Kata rekonstruksionisme dalam bahasa Inggeris rekonstruct yang berarti
menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran
rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama
dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran
rekonstruksionisme, pada prinsipnya, sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu hendak menyatakan krisis kebudayaan modern. Kedua aliran
tersebut, aliran rekonstruksionisme dan perenialisme, memandang bahwa keadaan
sekarang merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh
kehancuran, kebingungan dan kesimpangsiuranproses dan lembaga pendidikan dalam
pandangan rekonstruksionisme perlu merombak tata susunan lama dan membangun
tata susunan hidup kebudayaan yang baru, untuk mencapai tujuan utama tersebut
memerlukan kerjasama antar ummat manusia.
Tokoh-tokoh Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun
1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil.
Beberapa tokoh dalam aliran ini: Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg
Pandangan Rekonstruksionisme dan Penerapannya di
Bidang Pendidikan
Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia
merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa. Karenanya pembinaan kembali
daya inetelektual dan spiritual yang sehat akan membina kembali manusia melalui
pendidikan yang tepat atas nilai dan norma yang benar pula demi generasi
sekarang dan generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam
pengawasan umat manusia.
Kemudian aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa
merupakan suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara demokratis dan
bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu. Sila-sila demokrasi yang
sungguh bukan hanya leori tetapi mesti menjadi kenyataan, sehingga dapat
diwujudkan suatu dunia dengan potensi-potensi teknologi, mampu meningkatkan
kualitas kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta keamanan masyarakat
tanpa membedakan warna kulit, keturunan, nasionalisme, agama (kepercayaan) dan
masyarakat bersangkutan.
5. Aliran Konstruktivisme
Lebih dua dasa warsa terakhir ini , dunia pendidikan mendapat sumbangan
pemikiran dari teori kontruktivisme sehingga banyak negara mengadakan perubahan
secara mendasar terhadap sistem dan praktik pendidikan mereka bahkan kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
pun tak luput dari pengaruh teori ini. Paul Suparno dalam "Filsafat
Konstuktivitas dalam pendidikan " mencoba mengurai implikasi filsafat
konstruktivisme dalam pendidikan.
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat
pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) kita
sendiri (Von Glaserfeld) . pengetahuan bukan tiruan dari realitas, bukan juga
gambaran dari dunia kenyataan yang ada. pengetahuan merupakan hasil dari
konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang dengan membuat struktur,
kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan
tersebut.
Jean
Piaget adalah Psikolog pertama yang menggunkan filsafat konstruktivisme,
sedangkan teori pengetahuanya dikenal dengan teori adaptasi kognitif, sama
halnya dengan setiap organisme harus beradaptasi secara fisik dengan dengan
lingkungan untuk dapat bertahan hidup , demikian juga struktur pemikiran
manusia, manusia bertentangan dengan tantangan , pengalaman, gejala baru, dan
persoalan yang harus ditanggapinya secara kognitif (mental). untuk itu manusia
harus mengembangkan skema pikiran lebih umum atau rinci, atau perlu perubahan
menjawab dan menginterpretasikan pengalaman-pengalaman tersebut. dengan cara
itu, pengetahuan seseorang terbentuk dan selalu berkembang. proses tersebut
meliputi :
Skema adalah :
struktur kognitif yang denganya seseorang beradaptasi dan terus mengalami
perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingkungan.
Asimilasi adalah
proses kognitif perubahan skema yang tetap mempertahankan konsep awalnya, hanya
menambah atau merinsi.
Akomodasi adalah
proses pembentukan skema atau karena konsep awal sudah tidak cocok lagi.
Equilibrasi adalah
keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan
pengalaman luar dengan struktur dalamnya (skemanya).
Kontruktivisme bisa
dijadikan alat refleksi kritis bagi para penyusun kurikulum . pengambil
kebijakan, dan pendidi untuk membuat pembaruan sistem dan praktik pendidikan
kita sehingga perubahan-perubahab yang ada bukan sekedar di permukaan namun
menukik ke Roh pendidikan
itu sendiri
Selain paliran-aliran yang
dipaparkan diatas, di Indonesia terdapat beberapa aliran-aliran klasik yang
berpengaruh terhadap pendidikan di Indonesia.
Aliran –aliran klasik
di Indonesia
1. Aliran Nativisme
Istilah
Nativisme dari asal kata natives yang artinya terlahir. Nativisme adalah sebuah
doktrin filosofis yang berpangaruh besar terhadap pemikiran psikologis. Tokoh
utama aliran ini adalah Arthur Schopenhauer(1788-1869), seoran filosofis
Jerman. Airan ini identik dengan pesimistisyang memandang segala sesuatu dengan
kaca mata hitam. Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu telah di
tentukan oleh faktor-faktor yang di bawa manusia sejak lahir,pembawaan yang
telah terdapat pada waktu lahir itulah yang menentukan hasil perkembangannya.
Menurut aliran nativisme, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat
pembawaan. Dalam ilmu pendidikan pandangan seperti ini di sebut pesimistis
pedagogis.
Pendidikan
yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna
untuk perkembangan anak itu sendiri. Bagi nativisme lingkungan lingkungan
sekitar tidak mempengaruhi perkembangan anak, penganut aliran ini menyatakan
bahwa kalau anak mempunyai pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat,
sebaliknya kalau anak mempunyai pembawaan baik maka dia akan baik. pembawaan
baik dan buruk ini tidak dapat di ubah dari luar.
Jadi menurut pemaparan di atas telah jelas
bahwa pendidikan menurut aliran nativisme tidak bisa mengubah perkembangan
seorang anak atau tidak mempunyai pengaruh sama sekali. Karena menurut mereka
baik buruknya seoang anak di tentukan oleh pembawaan sejak lahir, dan peran
pendidikan di sini hanya sebatas mengembangkan bakat saja. Misalnya: seorang
pemuda sekolah menengah mempunyai bakat musik, walaupun orang tuanya sering menasehati
bahkan memarahinya supaya mau belajar, tapi fikiran dan perasaanya tetap
tertuju pada musik dan dia akan tetap berbakat menjadi pemusik.
2. Aliran Naturalisme
Nature
artinya alam atau yang di bawa sejak lahir. Aliran ini di pelopori oleh seorang
filusuf Prancis JJ. Rousseau(1712-1778). Berbeda dengan nativisme naturalisme
berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik, dan
tidak satupun dengan pembawaan buruk. Bagaimana hasil perkembangannya kemudian
sangant di tentukan oleh pendidkan yang di terimanya atau yang mempengaruhinya.
Jika pengeruh itu baik maka akan baiklah ia akan tetapi jika pengaruh itu
jelek, akan jelek pula hasilnya. seperti dikatakan oleh tokoh aliran ini yaitu
J.J. Rousseausebagai berikut:”semua anak adalah baik pada waktu baru datang
dari sang pencipta, tetapi semua rusak di tangan manusia”. Oleh karena itu
sebagai pendidik Rousseau mengajukan “pendidikan alam” artinya anak hendaklah
di biarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut alamnya, manusia atau masyarakat
jangan banyak mencampurinya. Rousseau juga berpendapat bahwa pendidikan yang di
berikan orang dewasa malahan dapat merusak pembawaan anak yang baik itu, aliran
ini juga di sebut negativisme.
Jadi
dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan. Yang di laksanakan adalah
menyerahkan anak didik kea lam, agar pembawaan yang baik itu tidak menjadi
rusak oleh tangan manusia melalui proses dan kegiatan pendidikan itu. Rousseau
ingin menjauhkan anak dari segala keburukan masyarakat yang serba di buat-buat
sehingga kebaikan anak-anak yang di peroleh secara alamiyah sejak saat
kelahirannya itu dapat berkembang secara sepontan dan bebas. Ia mengusulkan
perlunya permainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan pembawaannya,
kemampuannya dan kecenderungannya.
Jadi
menurut aliran ini pendidikan harus di jauhkan dari anak-anak, seperti di
ketahui, gagasan naturalism yang menolak campur tangan pendidikan, sampai saat
ini malahan terbukti sebaliknya pendidikan makin lama makin di perlukan.
3. Aliran
Konvergensi
Aliran
konvergensi merupakan gabungan dari aliran-aliran di atas, aliran ini
menggabungkan pentingnya hereditas dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang
berpengaruh dalam perkembangan manusia, tidak hanya berpegang pada pembawaan,
tetapi juga kepada faktor yang sama pentingnya yang mempunyai andil lebih besar
dalam menentukan masa depan seseorang.
Aliran
konvergensi mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkemangan manusia itu adalah
tergantung pada dua faktor, yaitu: faktor bakat/pembawaan dan faktor lingkungan,
pengalaman/pendidikan. Inilah yang di sebut teori konvergensi.
(convergentie=penyatuan hasil, kerjasama mencapai satu hasil.
Konvergeren=menuju atau berkumpul pada satu titik pertemuan).
William Stern(1871-1939), seorang ahli
pendidikan bangsa Jerman, dan sebagai pelopor aliran ini mengatakan
“kemungkinan-kemungkinan yang di bawa lahir itu adalah petunjuk-petunjuk nasib
depan dengan ruangan permainan. Dalam ruangan permainan itulah letaknya
pendidikan dalam arti se luas-luasnya. Tenaga-tenaga dari luar dapat menolong,
tetapi bukanlah ia yang menyebabkan pertumbuhan itu, karena ini datangnya dari
dalam yang mengandung dasar keaktifan dan tenaga pendorong”
Jadi
menurut Williem seorang anak di lahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik
maupun buruk. Bakat yang di bawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan
baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu.
sebaliknya lingkungan yang baik dapat menghasilkan perkembangan anak yang
optimal kalau memang pada diri anak tidak terdapat bakat yang di perlukan untuk
pengembang itu. sebagai contoh pada hakikatnya kemampuan anak berbahasa dengan
kata-kata, adalah juga hasil konvergensi. Pada anak manusia ada pebawaan untuk
berbicara dan melalui situasi lingkungannya anak belajar berbicara dalam bahasa
tertentu. Lingkungan pun mempengaruhi anak didik dalam mengembangkan pembawaan
bahasanya, karena itu anak manusia mula-mula menggunakan bahasa lingkungannya. Karena itu teori W. Stern di sebut
teori konvergensi(memusatkan ke satu titik). Jadi menurut teori konvergensi:
·
Pendidikan mungkin untuk di laksanakan
·
Pendidikan di artikan sebagai
pertolongan yang di berikan lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan
potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik.
·
Yang membatasi hasil pendidikan adalah
pembawaan dan lingkungan.
Dari ketiga teori tersebut jelaslah bahwa semua yang berkembang dalam diri suatu individu di tentukan oleh pembawaan dan juga oleh lingkungannya. Seorang anak dapat berkata-kata juga di pengaruhi oleh dua faktor, pembawaan dan lingkungan.
Dari ketiga teori tersebut jelaslah bahwa semua yang berkembang dalam diri suatu individu di tentukan oleh pembawaan dan juga oleh lingkungannya. Seorang anak dapat berkata-kata juga di pengaruhi oleh dua faktor, pembawaan dan lingkungan.
Jika salah satu dari
kedua faktor itu tidak ada, tidaklah mungkin lepandaian berkata-kata dapat
berkembang.
4. Aliran Empirime
Aliran empirisme bertolak dari
Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi eksternal dalam perkembangan
manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa
perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak
dipentingkan. Pengalaman yang diproleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat
dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari
alm bebaqs ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan. Tokoh
perintisnya adalah John Loc
Pengaruh Aliran – aliran Klasik terhadap Pemikiran dan
Praktek Pendidikan di Indonesia
Di indonesia
telah di terapkan berbagai
aliran-aliran pedidikan, penerimaan tersebut dilakukan dengan pendekatan
efektif fungsional yakni diterima sesuai kebutuhan, namun ditempatkan dalam latar
pandangan yang konvergensi. Meskipun
dalam hal-hal tertentu sangat diutamakan bakat dan potensi lainnya dari anak,
namun upaya penciptaan lingkungan untuk mengembangkan bakat dan kemampuan itu
diusahakan pula secara optimal. Dengan kata lain, meskipun peranan pandangan
empirisme dan nativisme tidak sepenuhnya ditolak, tetapi penerimaan itu
dilakukan dengan pendekatan eksistis fungsional yakni diterima sesuai dengan
kebutuhan, namun di tempatkan dalam latar pandangan yang konvergensi seperti
telah dikemukakan, tumbuh-kembang, manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor,
yakni hereditas, dan anugerah. Faktor terakhir itu merupakan pencerminan
pengakuan atas adanya kekuasaan yang ikut menentukan nasib manusia.
Dari paparan
diatas jelas bahwa Indonesia yang mayoritas agama islam lebih condong pada
aliran konvergensi yakni factor yang mempengaruhi perkembangan adalah pembawaan
dan lingkungan.pembawaan merupakan potensi-potensi yang ada pada diri manusia
sejak lahir yang perlu dikembangkan dengan adanya pendidikan atau lingkungan.
Dalam hadits nabi:
Dalam hadits nabi:
“semua anak
dilahirkan atas kesucian/kebersihan (dari segala dosa/noda) dan pembawaan
beragama tauhid,sehingga ia jelas bicaranya.maka kedua orang tuanyalah yang
menyebabkan anaknya menjadi yahudi atau nasrani atau majusi,”(HR.Abu
ya’lah,altab rani,dan al baihaqi dari aswad bin sari’)
Hadits diatas
menerangkan bahw anak dilahirkan dalam keadaan suci atau belum mengetahui
apa-apa kecuali bekal potensi dan hereditas yang dibawanya.sedangkan
perkembangan selanjutnya itu akan dipengaruhi oleh factor lingkungan atau pendidikan
dan orang tua disini sebagai pendidik mempunyai peran atau andil yang sangat
pentinng untuk mengarahkan anak kejalan yang mereka kehendaki. Dewasa ini
hampir tidak ada yang menganut teori nativisme, naturalisme, maupun empirisme,
mereka lebih condong pada aliran konvergensi.
Dua aliran
Pokok Pedidikan di Indonesia
a.
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa
Pada zaman pemerintahan Hindia
Belanda, ada salah seorang putera Indonesia yang bernama Raden mas Soewardi
Soerjaningrat. Ia gemar menulis dengan menggunakan bahasa Belanda yang halus
dan mengandung sindiran terhadap pemerintah Belanda, tulisannya bejudul “Alks
ik een Nederlander was” yang artinya Andai saja saya seorang Belanda. Dari
tulisannya yang dianggap tajam oleh pemerintah Belanda inilah ia dibuang di
Negeri Belanda.
Ketika berada di tempat pembuangan
beliau merasa bebas dalam menyatakan pendapat-pendapatnya, sedang di tanah air
sendiri yang dikuasai oleh pemerintah penjajah Belanda justru kebebasannya
terganggu. Dari kecintaannya terhadap pendidikan yang sekaligus merupakan
perwujudan dari cita-citanya, maka pacta tanggal 3 juli 1922 di Yogyakarta
didirikanlah suatu taman kanak-kanak yang diberi nama Taman Indriya. Kemudian
berkembang lagi dan semakin luas hingga seluruh lembaganya diberi nama perguruan
Kebangsaan Taman Siswa.
Pada jaman penjajahan Belanda, Taman
Siswa bersikap “noncooperative” dan menolak pemberian subsidi. Di dalam
melaksanakan konsep pendidikannya Taman Siswa memiliki asas-asas sebagai
berikut:
1.
Asas merdeka untuk mengatur dirinya sendiri. Hendaknya
setiap peserta didik dapat berkembang menurut kodrat dan bakatnya,namun mereka
dididik dengan sistem among atau tut wuri handayani.
2.
Asas Kebudayaan yang dalam hal ini kebudayaan
Indonesia sendiri.
3.
Asas kerakyatan, pendidikan dan pengajaran harus diberikan
kepada seluruh rakyat.
4.
Asas kekuatan sendiri (berdikari). Dengan demikian
segala pembelanjaan ditutup dengan uang pendapatan sendiri.
5.
Asas berhamba kepada anak.
Pada saat Indonesia merdeka pada
tahun 1945, dan dua tahun berikutnya berhasil disusun dasar-dasar Taman Siswa
yang dikenal dengan Panca Darma. Kelima dasar yang dimaksud adalah
§
Kemanusiaan
Harus ada cinta kasih terhadap sesama manusia dan terhadap seluruh makhluk Allah SWT.
Harus ada cinta kasih terhadap sesama manusia dan terhadap seluruh makhluk Allah SWT.
§
Kodrat Hidup
Termasuk
Kodrat hidup adalah pembawaan.
§
Kebangsaan
Tidak boleh bersifat chauvinistic ( menyombongkan kehebatan bangsa sendiri) dan tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum manusia.
Tidak boleh bersifat chauvinistic ( menyombongkan kehebatan bangsa sendiri) dan tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum manusia.
§
Kebudayaan
Kebudayaan nasional harus dipelihara. Pendidik harus mengajak peserta didik meresapi jiwa bangsa yang terwujud dalam kebudayaannya.
Kebudayaan nasional harus dipelihara. Pendidik harus mengajak peserta didik meresapi jiwa bangsa yang terwujud dalam kebudayaannya.
§
Kemerdekaan Kebebasan
Ki Hajar
Dewantara juga menentukan semboyan bagi kaum pendidik, antara lain: ing ngarso
sung tulodho, artinya jika pendidik berada di muka dia berkewajiban memberi
teladan kepada para peserta didiknya. Ing madya mangun karso artinya: jika di
tengah membangun semangat, berswakarya, dan berkreasi pada peserta didik. Tut
wuri handayani artinya jika di belakang pendidik mengikuti dan mengarahkan
peserta didik agar berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
b.Ruang
Pedidikan INS di Kayutanam
Sebuah sekolah lain timbul sebagai
reaksi terhadap sekolah-sekolah pemerintah Hindia Belanda yaitu INS (
Indonesiche Nederlansce School) di kayutanam, yaitu suatu kota kecil di dekat
padang panjang Sumatera Barat. Sekolah ini mempunyai rencana pelajaran dan
metode sendiri yang hampir mirip dengan rancangan kerschensteiner dengan
arbeitsschulenya.
M. Syafei dengan sekolahnya ingin membentuk pemuda-pemuda Indonesia yang berani tegak sendiri, berusaha sendiri, hidup bebas dan tidak tergantung buat seumur hidupnya pada pemerintah sebagai pegawainya.
M. Syafei dengan sekolahnya ingin membentuk pemuda-pemuda Indonesia yang berani tegak sendiri, berusaha sendiri, hidup bebas dan tidak tergantung buat seumur hidupnya pada pemerintah sebagai pegawainya.
Adapun dasar pemikiran INS adalah:
a.
Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b.
Menentang intelektualisme,aktif, giat dan punya daya
cipta serta dinamis.
c.
Memperhatikan bakat dan lingkungan siswa.
d.
Berpikir secara rasional, bukan secara mistik.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar