Pages

Sabtu, 05 Januari 2013

KALIMAT EFEKTIF


                                                                Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, padat, dapat menyampaikan pesan secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula.
Kalimat efektif dituntut oleh empat ketepatan yakni
1. Ketepatan pilihan kata
2. Ketepatan bentuk kata
3. Ketepatan pola kalimat
4. Ketepatan makna kalimat

1. Kontaminasi atau kerancuan adalah kalimat yang kacau susunannya
Contoh : berulang kali, diperlebarkan
2. Pleonasme adalah penggunaan kata yang melebih-lebihkan
Contoh : hujan turun membasahi bumi
3. Tidak memiliki subjek
Contoh : di sekolah kami mengadakan pentas seni
4. Salah nalar / salah tanggapan
Contoh : Bila musim hujan adik suka batuk
5. Kesalahan bentuk kata (kata tidak baku)
Contoh : Praktek = praktik, Apotik = Apotek, Lesung pipit = lesung pipi
6. Kata depan yang tidak perlu
Contoh : perkembangan dari pada teknologi informasi sangat pesat
7. Pengaruh bahasa asing
8. Pengaruh bahasa daerah
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat diterima maksudnya/arti serta tujuannya seperti yang di maksud penulis /pembicara.
Ciri-ciri kalimat efektif: (memiliki)
1. KESATUAN GAGASAN
Memiliki subyek,predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung serta membentuk kesaruan tunggal.

Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum.
Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus dihilangkan)
2. KESEJAJARAN
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.

Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah :
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.

3. KEHEMATAN
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.

Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.

4. PENEKANAN
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
• Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
• Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?
• Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.

• Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.

5. KELOGISAN
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh :
Waktu dan tempat saya persilakan.

Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
PELATIHAN
Ubahlah kalimat-kalimat di bawah ini menjadi kalimat efektif!
1. Seluruh siswa-siswa diharapkan harus mengikuti kerja bakti.
2. Para siswa-siswa diharuskan hadir di sekolah.
3. Dalam musyawarah itu menghasilkan lima ketetapan.
4. Kegagalan proyek itu karena perancangan yang tidak mantap
5. Yaitu tenun ikat yang khas Timor Timur.


Kalimat adalah kumpulan kata – kata yang memiliki arti. Dapat diartikan pula Suatu bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mempunyai suatu pengertian dan pola intonasi akhir.

UNSUR-UNSUR KALIMAT

1. SUBYEK
adalah Unsur yang melakukan suatu tindakan atau kerja dalam suatu kalimat.

2. PREDIKAT
adalah sebagai unsur kata kerja.

3. OBYEK
adalah unsur yang dikenai kerja oleh subyek.

4. KETERANGAN
adalah kata keterangan kalimat tersebut terjadi dapat berupa keterangan waktu ataupun tempat kejadian.

5. PELENGKAP
adalah unsur yang melengkapi kalimat tak berobyek (Contoh : Adik menangis tersedu-sedu).

CONTOH KALIMAT
1.Ibu memasak
S P
2.Ibu memasak nasi
S P O
3.Ibu memasak nasi di dapur
S P O K

POLA KALIMAT DASAR

1. Kalimat Perintah
adalah suatu kalimat yang berisikan tentang perintah atau suruhan yang ditujukan kepada orang lain untuk melakukan sesuatu yang diinginkan. Biasanya kalimat perintah diakhiri dengan tanda baca seru (!)

Contoh : “Lita, tolong ambilkan piring !”

2. Kalimat Berita
adalah suatu kalimat yang mengandung peristiwa atau kejadian.
Sifat kalimat berita ada dua, yaitu :

- Ucapan Langsung : “Ibu akan pergi ke pasar sekarang” kata Ibu.

- Ucapan Tak Langsung : “Saya bertemu dengan Ibu Lita di depan pasar tadi pagi.” Ujar Rian.

3. Kalimat Tanya
adalah suatu kalimat yang mengandung suatu permintaan supaya kita mengetahui (diberi tahu) tentang sesuatu yang belum diketahui.

SContoh : Dimana kamu sekarang ?
  TATA KALIMAT
A. Frase
Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi.
Misalnya: akan datang, kemarin pagi, yang sedang menulis.
Dari batasan di atas dapatlah dikemukakan bahwa frase mempunyai dua sifat, yaitu
1. Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
2. Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya prase itu
selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa yaitu: S, P, O, atau K.
Macam-macam frase:
a. Frase Endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Frase
endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
1.Frase endosentrik yang koordinatif, yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur yang setara, ini
dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung.
Misalnya: kakek-nenek pembinaan dan pengembangan laki bini belajar atau bekerja
2.Frase endosentrik yang atributif, yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara.
Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan.
Misalnya: perjalanan panjang hari libur Perjalanan, hari merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional sama dengan seluruh frase dan secara semantik merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan atributif.
3.Frase endosentrik yang apositif, yaitu frase yang atributnya berupa aposisi/ keterangan tambahan.
Misalnya: Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai.
Dalam frase Susi, anak Pak Saleh secara sematik unsur yang satu, dalam hal ini unsur anak Pak
Saleh, sama dengan unsur lainnya, yaitu Susi. Karena, unsur anak Pak Saleh dapat menggantikan unsur Susi. Perhatikan jajaran berikut:
Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai
Susi, …., sangat pandai.
…., anak Pak Saleh sangat pandai.
Unsur Susi merupakan unsur pusat, sedangkan unsur anak Pak Saleh merupakan aposisi (Ap).
b. Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik ialah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
Misalnya:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di dalam kelas.
Frase di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Ketidaksamaan dapat dilihat dari jajaran berikut:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di ….
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong …. kelas
c. Frase Nominal, Frase Verbal, Frase Bilangan, Frase Keterangan.
1. Frase Nominal: frase yang memiliki distributif yang sama dengan kata nominal.
Misalnya: baju baru, rumah sakit
2. Frase Verbal: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan kata verbal.
Misalnya: akan berlayar
3. Frase Bilangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.
Misalnya: dua butir telur, sepuluh keping
4. Frase Keterangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan.
Misalnya: tadi pagi, besok sore
5. Frase Depan: frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frase
sebagai aksinya.
Misalnya: di halaman sekolah, dari desa
PENYEBAB KESALAHAN STRUKTUR KALIMAT
1.       Kesalahan struktur kalimat
a.       kesalahan karena kerancuan aktif-pasif
b.       kesalahan karena kekaburan subjek kalimat
c.         kesalahan karena ketiadaan induk kalimat
Ada 8 penyebab ketidakbakuan kalimat dalam Bahasa Indonesia
  1. Pelesapan imbuhan.
  2. Pemborosan penggunaan kata.
  3. Ketidaktepatan pemilihan kata.
  4. Penggunaan konjungsi ganda.
  5. Kerancuan bentuk.
  6. Kesalahan ejaan.
  7. Pelesapan salah satu fungsi kalimat.
  8. Kesalahan struktur kalimat.

1. PELESAPAN IMBUHAN (prefiks dan sufiks)

Contoh:
  • Polisi terus usut kematian Munir.
  • Presiden resmikan 8 pabrik gula.
  • Polisi terus mengusut kematian Munir.
  • Presiden meresmikan delapan pabrik gula.
2. PEMBOROSAN PENGGUNAAN KATA

Contoh:
  • Kemarin dia bertanding di Beijing di mana ia kalah angka.
  • Tempat di mana ditemukannya benda itu telah dicatat.
  • Kemarin, dia bertanding di Beijing dan kalah.
  • Tempat ditemukannya benda itu telah dicatat.
3. KETIDAKTEPATAN PEMILIHAN KATA
  1. Penggunaan Kata Bahasa Jawa
  2. Penggunaan Kata yang Termasuk Ragam Tidak Baku
  3. Kesalahan Pembentukan Kata
  4. Ketidaktepatan Penggunaan Kata ‘di mana’
  5. Ketidaktepatan Penggunaan Imbuhan meN-i
  6. Ketidaktepatan Penggunaan Bentuk -nya
  7. Ketidaktepatan Penggunaan Kata-kata Tertentu
  • Di muara sungai itulah terdapat sebuah keraton lelembut
  • Ia sedang membikin rak buku.
  • Buku itu diberi ke saya.
  • Kantor di mana ia bekerja tidak jauh dari rumahnya.
  • Presiden menghadiahi bintang jasa kepadanya
4. PENGGUNAAN KONJUNSI GANDA
  1. karena, maka
  2. Meskipun, tetapi
  3. Walaupun, namun
  4. Setelah, maka
  5. Meskipun, namun
Contoh:
  • Karena nilainya kurang dari batas minimal, maka ia tak dapat diterima sebagai siswa.
  • Karena sakit, maka ia tidak masuk sekolah.
  • Karena nilainya kurang dari batas minimal, ia tidak dapat diterima sebagai siswa.
  • Karena sakit, ia tidak masuk sekolah.
5. KERANCUAN BENTUK

a. Rancu dalam Hal Bentuk Kata
Hal itu belum dipelajarkan kepada kami.
Hotel itu dipertinggikan.
Hal itu belum diajarkan kepada kami.
Hotel itu dipertinggi.
b. Rancu dalam Hal Kelompok Kata
Mereka saling pandang-memandang.Dia dilarang tidak boleh merokok.Mereka saling memandang.Dia dilarang merokok.

6. KESALAHAN EJAAN

a. PENGGUNAAN TANDA KOMA YANG SALAH
Ayah mengatakan, bahwa adik sakit.Saya tidak datang, jika turun hujan.
b. PELESAPAN TANDA KOMA
Jadi definisi demokrasi adalah sebagai berikut.Di samping itu kita tidak beruntung.
c. KESALAHAN PENULISAN SAPAAN
Siapa nama saudara?Silakan makan, dik!
Pembenaran:
Ayah mengatakan bahwa adik sakit.
Saya tidak datang jika turun hujan.
Jadi, definisi demokrasi adalah sebagai berikut.
Di samping itu, kita tidak beruntung.
Siapa nama Saudara?
Silakan makan, Dik!

7. PELESAPAN SALAH SATU FUNGSI KALIMAT
  1. Pelesapan subjek pada induk kalimat.
  2. Pelesapan subjek anak kalimat.
  3. Pelesapan predikat.
Contoh:
  1. Ketika diangkat menjadi ketua organisasi, tidak memperlihatkan kelebihannya.
  2. Ketika diangkat menjadi ketua organisasi, dia tidak memperlihatkan kelebihannya.
  3. Jika Anda tidak piket, akan dikenakan denda.
  4. Jika tidak piket, Anda akan dikenakan denda.
8. KESALAHAN STRUKTUR KALIMAT
  • Surat anda saya sudah baca.
  • Dia punya HP sudah dijual.
  • Kalimat itu pembaca tidak tahu artinya.
  • Surat Anda sudah saya baca.
  • HP-nya sudah dijual.
  • Pembaca tidak dapat mengetahui arti kalimat itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syukron Katsir Telah berkunjung di My Blog Rizal EnsyaMada_@Rizal_EsnyaMada