Sabtu, 12 Januari 2013
JENIS – JENIS PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Jenis Penelitian Tindakan Kelas
1.
PTK diasnogtik,
2.
PTK partisipan,
3.
PTK empiris, dan
4.
PTK eksperimental (Chein, 1990).
Untuk
lebih jelas, berikut dikemukakan secara singkat mengenai keempat jenis PTK
tersebut.
1.
PTK Diagnostik
Jenis
Diagnostik maksudnya penelitian dilakukan untuk menuntun peneliti ke arah suatu
tindakan karena suatu masalah yang terjadi, misalnya adanya konflik antar siswa
di kelas, adanya pertengkaran di antara siswa dan sejenisnya.
2.
PTK Partisipan
Suatu
penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan ialah apabila orang yang akan
melaksanakan penelitian harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak
awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak
penencanan panelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti
memantau, mencacat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir
dengan melaporkan hasil panelitiannya. PTK partisipasi dapat juga dilakukan di
sekolah seperti halnya contoh pada butir a di atas. Hanya saja, di sini
peneliti dituntut keterlibatannya secara langsung dan terus-menerus sejak awal
sampai berakhir penelitian.
3.
PTK Empiris
Yang
dimaksud dengan PTK empiris ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu
tindakan atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi
selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitinya berkenan dengan
penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman penelti dalam pekerjaan sehari-hari.
4.
PTK Eksperimental
Yang
dikategorikan sebagai PTK eksperimental ialah apabila PTK diselenggarakan
dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan
efisien di dalam suatu kegiatam belajar-mengajar. Di dalam kaitanya dengan
kegitan belajar-mengajar, dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi atau
teknik yang ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan instruksional.
Dengan
diterapkannya PTK ini diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang
paling efektif dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran.
B. Model-Model Penelitian Tindakan Kelas
1. Model Kurt Lewin;
Di
depan sudah disebutnya bahwa PTK pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin
pada tahun 1946. konsep inti PTK yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin ialah bahwa
dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu:
a)
Perencanaan ( planning),
b)
Aksi atau tindakan (acting),
c)
Observasi (observing), dan
d)
Refleksi (reflecting) (Lewin, 1990).
Sementara
itu, empat langkah dalam satu siklus yang dikemukakan oleh Kurt Lewin tersebut
oleh Ernest T. Stringer dielaborasi lagi menjadi :
a)
Perencanaan (planning),
b)
Pelaksanaan (implementing),
c)
Penilaian (evaluating)
d)
Refleksi (Ernest, 1996).
Hubungan
keempat komponen tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan
sebagai berikut :Acting,Planning Observating,Reflecting
2.
Model Kemmis dan
Mc. Taggart,
Model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis
dan Robin Mc. Taggart tidak terlalu berbeda dengan model Kurt Lewin. Dikatakan
demikian karena di dalam satu siklus atau putaran terdiri atas empat komponen
seperti yang dilaksanakan Lewin. Keempat komponen tersebut adalah :
a)
Perencanaan ( planning),
b)
tindakan ( acting )
c)
Observasi ( observation ), dan
d)
refleksi ( reflection ).
Sesudah
satu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah ada refleksi, diikuti
dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus
tersendiri. Demikian seterusnya atau dengan beberapa kali siklus. Model Kemmis
dan Taggart dapat dilihat pada Bagan
Kemmis dan Taggart telah melakukan penelitian
tindakan kelas, mengenai proses inkuari pada pelajaran sains. Ia memfokuskan
pada strategi bertanya kepada siswa. Keputusannya timbul dari pengamatan tahap
awal yang menunjukkan bahwa siswa belajar sains dengan menghafal bukan dalam
proses inkuari. Dalam diskusi, dipikirkannya cara untuk mendorong siswa
berinkuari, apakah dengan mengubah kurikulum atau mengubah cara bertanya kepada
siswa. Akhirnya diputuskan untuk menyusun strategi bertanya untuk mendorong
siswa menjawab pertanyaan. Semua kegiatan ini dilakukan pada tahap perencanaan.
Pada kotak act (tindakan), mulai diajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa
untuk mendorong mereka mengatakan apa yang mereka pahami dan apa yang mereka
minati.
Pada
kotak observasi, pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban siswa dicatat atau
direkam untuk melihat apa yang sedang terjadi. Pengamat juga mencatat dalam
buku hariannya. Dalam kotak refleksi, ternyata kontrol kelas yang terlalu ketat
menyebabkan tanya jawab kurang lancar dilaksanakan, sehingga tidak mencapai
hasil yang baik dan perlu diperbaiki.
Pada
siklus berikutnya, perencanaan direvisi dengan memodifikasi dalam bentuk
mengurangi pertanyaan-pertanyaan guru yang bersifat mengontrol siswa, agar
strategi bertanya dapat berlangsung dengan baik. Pada tahap tindakan siklus
kedua hal itu dilakukan. Pelaksanaannya dicatat dan direkam untuk melihat
pengaruhnya terhadap perilaku siswa. Pada tahap refleksi, ternyata siswa sulit
dikendalikan. Kemmis merenung, apakah pelajaran dilanjutkan dengan probing atau
menggunakan teknik lain. Demikian permasalahan lanjutan terjadi, dan seterusnya
harus kembali pada perencanaan.
3. Model John Elliot
Apabila
dibandingkan dua model yang sudah diutarakan di atas, yaitu Model Kurt Lewin
dan Kemmis-McTaggart, PTK Model John Elliot ini tampak lebih detail dan rinci.
Dikatakan demikian, oleh karena di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri
dari beberapa aksi yaitu antara 3-5 aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi
kemungkinan terdiri dari beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk
kegiatan belajar-mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK Model John
Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di
dalam pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar. Selanjutnya, dijelaskan
pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan sehingga menjadi
beberapa langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri dari beberapa subpokok
bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di lapangan setiap
pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi
akan diselesaikan dalam beberapa rupa itulah yang menyebabkan John Elliot
menyusun model PTK yang berbeda secara skematis dengan kedua model sebelumnya, yaitu
seperti dikemukakan berikut ini.
4. Model Dave Ebbutt
Sesudah
Dave Ebbutt mempelajari model-model PTK yang dikemukakan para ahli PTK
sebelumnya, dia berpendapat bahwa model-model PTK yang ada seperti yang
diperkenalkan oleh John Elliot, Kemmis dan Mc Taggart, dan sebagainya dipandang
sudah cukup bagus. Akan tetapi, tetapi dalam model-model tersebut masih ada
beberapa hal atau bagian yang belum tepat sehingga masih perlu dibenahi. Pada
dasarnya Ebbutt setuju dengan gagasan-gagasan yang diutarakan oleh Kemmis dan
Elliot tetapi tidak setuju mengenai beberapa interprestasi Elliot mengenai
karya Kemmis. Selanjutnya dikatakan pula olehnya tentang pandangan Ebbutt yang
mengatakan bahwa bentuk spiral yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart bukan
merupakan cara baik untuk menggambarkan proses aksi refleksi
(actionreflection).
Karena
Dave Ebbutt merasa tidak puas dengan adanya model-model PTK yang hadir
sebelumnya, kemudian dia memperkenalkan model PTK yang disusunnya sendiri. PTK
model Dave Ebbutt ini secara skematis dapat dilihat digambar sebagai berikut:
Dari
keempat model yang telah dipaparkan, pada dasarnya dalam PTK terdapat empat
tahapan penting, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan
(observasi), dan (4) refleksi.
Penjelasan
pada masing-masing tahapan adalah sebagai berikut.
-
Refleksi Awal
Refleksi
awal dilakukan oleh peneliti berkolaborasi dengan partisipan (teman sejawat
atau dari praktisi lain) mencari informasi untuk mengenali dan mengetahui
kondisi awal dari permasalahan yang akan dicari solusinya. Refleksi awal dapat
dilakukan dengan cara menelaah kekuatan atau kelemahan dari suatu proses
pembelajaran yang telah dilakukan baik dari aspek diri sendiri, siswa, sarana
belajar atau sumber/lingkungan belajar. Dari temuan-temuan awal, difokuskan
pada identifikasi masalah yang nyata, jelas dan mendesak untuk dicari
solusinya. Sebagai contoh, misalnya Anda telah mengajarkan kegiatan rancang
bangun di SD pada siswa kelas 4 untuk menerapkan konsep perubahan energi.
Setelah pembelajaran dilaksanakan ternyata, siswa sulit melakukan kegiatan
perancangan suatu karya tersebut. Dalam hal ini, Anda dapat menelusuri beberapa
penyebab kesulitan siswa dalam melakukan perancangan alat, melakukan pengkajian
terhadap alur pbm yang sudah dilakukan, sarana yang diperlukan, alokasi waktu,
atau pengetahuan dan keterampilan prasyarat yang diperlukan siswa.
-
Perencanaan Tindakan (planning)
Dalam
tahap ini, peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh
siapa, dan bagaimana tindakan yang akan dilakukan. Apabila peneliti telah yakin
terhadap kebenaran rumusan masalah, maka selanjutnya adalah menyusun rencana
tindakan yang meliputi :
Penetapan
bukti atau indikator untuk mengukur tingkat ketercapaian pemecahan masalah
sebagai akibat dilakukannya tindakan Penetapan skenario tindakan-tindakan yang
diharapkan dapat menghasilkan dampak ke arah perbaikkan program; Perencanaan
metode dan alat untuk mengamati dan merekam/mendokumentasikan semua data
tentang pelaksanaan tindakan; dan Perencanaan metode dan teknik pengolahan data
sesuai dengan sifat dan kepentingan penelitian.
-
Pelaksanaan Tindakan
Tahap
ini merupakan implementasi atau penerapan isi rencana, yaitu melakukan
tindakan-tindakan sesuai dengan langkah-langkah tindakan yang telah
direncanakan pada tahap perancangan. Skenario tindakan yang telah direncanakan
dilaksanakan dalam situasi yang aktual. Dalam waktu yang sama peneliti
melakukan pengamatan dan interpretasi terhadap jalannya pelaksanaan tindakan
itu.
-
Observasi
Observasi
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan sesuai dengan
rencana yang telah disusun sebelumnya, dan seberapa jauh proses yang terjadi
dapat diharapkan menuju sasaran yang diharapkan. Sebenarnya observasi atau
pengamatan tidak terpisah dengan pelaksanaan tindakan. Jadi observasi dan
pelaksanaan dilakukan dalam waktu bersamaan.
-
Refleksi dan evaluasi
Refleksi
merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi, dan eksplanasi terhadap
semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Evaluasi dilakukan
dengan menggunakan suatu kriteria, misalnya kriteria efektivitas pengajaran
mempunyai indikator penggunaan waktu, biaya, tenaga, dan pencapaian hasil.
Evaluasi dapat dilakukan secara kualitatif atau kuantitatif.
Pada
tahapan refleksi dilakukan analisis data yang diperoleh dari dampak pelaksanaan
tindakan dan hambatan yang muncul dan didiskusikan rencana berikutnya untuk
memperbaiki hal-hal yang masih kurang.
Setelah
melakukan observasi, refleksi, dan evaluasi biasanya muncul permasalahan baru
atau pemikiran baru, sehingga peneliti merasa perlu melakukan perencanaan
ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang, dan refleksi ulang. Demikian
langkah-langkah kegiatan PTK dalam siklus terus berulang, sehingga membentuk
siklus kedua, ketiga, dan seterusnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar